Selasa, 03 April 2012

Ketaatan: Ketaatan dalam Iman

Ketaatan adalah satu dari banyak Karya Roh Kudus, dan itu adalah buah Roh Kudus terpenting. Terkadang manusia merasa bahwa ketaatan itu tidak perlu, tetapi perlu kita ketahui ketaatan adalah kunci dari semuanya, Manusia pertama jatuh dalam dosa pertama kali adalah dosa ketidak taatan, Israel dibuang di Babel karena ketidak taatan mereka, Alkitab mencatat bahwa buah ketidaktaatan adalah kebinasaan.




Apa itu Ketaatan?

Obedience (lat.ob-audire) atau Ketaatan secara literal berarti "mendengar kepada", secara spesifik adalah perihal yang berhubungan dengan perintah, aturan, atau ajaran. Ini bukan berarti kita diikat atau terkungkung oleh sesuatu yang kita tidak kehendaki, tetapi merupakan suatu tindakan kebajikan dan melaksakan prinsip Kebenaran. St.Thomas Aquinas berpendapat bahwa ikatan terhadap ketaatan kepada suatu Institusi yang seorang manusia harus patuh karena terjadinya suatu ikatan antara pihak pertama dan pihak kedua didunia secara natural/alami dan hukum yang positif. Sebagai contoh saya adalah orang warga Indonesia maka saya memiliki suatu ikatan ketaatan kepada Institusi Indonesia yang legal yang memiliki otoritas yang sah sesuai hukum. Ikatan ini sebenarnya tidak mengungkung saya kepada Institusi tersebut, tetapi ketaatan terhadap Institusi ini adalah suatu tindakan kebajikan dan melaksakan prinsip kebenaran. Kita akan disebut warga Indonesia yang baik apabila kita mentaati setiap peraturan yang legal di Indonesia, tetapi kita akan disebut warga Indonesia yang buruk apabila kita tidak mentaati peraturan yang berlaku sah di Indonesia. Tetapi Ketaatan akan tidak berlaku apabila peraturan, perintah, atau ajaran itu bersifat hukum yang negatif dan tidak secara natural/hukum moral. Sebagai contoh seorang Ayah yang mengajarkan anaknya untuk mencuri, anak tersebut memang terikat dengan Ayahnya tetapi anak tersebut tidak perlu mengikuti ajaran atau perintah orang tuanya, karena melawan prinsip Kebenaran yang didefenisikan sebagai tindakan dari ketaatan.


Ketaatan dalam Iman

Suatu Ketaatan adalah sebuah tindakan kebajikan dan melaksanakan prinsip Kebenaran, kita mengetahui bahwa Allah adalah kebenaran, dan bahwa mengenai Iman pasti secara langsung berhubungan dengan Kebenaran itu sendiri (Allah itu sendiri), ketidak taatan kepada suatu Institusi dunia seperti pemerintah, organisasi, atau perusahaan kita bekerja akan membuahkan hasil yang buruk, kita ambil contoh penjara (Pemerintah), dan pemecatan (organisasi dan perusahaan) dan hasil tersebut itu saja sudah cukup buruk bagi kita, apalagi dalam masalah Iman yang secara langsung berhubung dengan Kebenaran itu sendiri? manusia jaman sekarang secara khususnya orang Katolik biasanya memprioritaskan ketaatan kepada Institusi dunia sebagai nomor satu dan kepada kebenaran itu sendiri(Iman) sebagai nomor dua, ini adalah pandangan yang keliru. Ketidak taatan kepada Institusi dunia menghasilkan buah yang tidak seburuk apabila dalam masalah ketidak taatan kepada Allah. Gereja mengajarkan Ketaatan dalam Iman sangat penting dan merupakan kewajiban bagi seluruh umat yang tergabung didalam Gereja-Nya, kenapa? karena Gereja Katolik adalah sebuah Institusi Kebenaran itu sendiri, Gereja Katolik adalah sebuah Institusi menyampaikan Kebenaran (Allah) dan Kebenaran(Allah) hanya menyampaikan dan membuat Institusi ini sebagai penyampaian Kebenaran. Ketidak taatan kepada Ajaran Gereja Katolik membuat manusia yang terikat kepada-Nya tidak taat kepada Kebenaran (Allah itu sendiri), hal ini membuahkan buah yang buruk, dan Alkitab mengisahkan bahwa buah-buah yang buruk dari ketidak taatan kepada Allah lebih parah daripada ketidak taatan kepada Institusi sekular(dunia) dan yang paling buruk adalah kematian dan kebinasaan kekal.


Gereja adalah sarana Kebenaran

Kita sebelumnya mengetahui bahwa Gereja adalah wadah Kebenaran yang ditetapkan Allah, kita melihat di Alkitab, Rasul Paulus secara khusus malah menyebutkan Gereja adalah mempelai Kristus dan bahkan Tubuh-Nya sendiri (lih Ef 5:25-28). Malah lebih jelasnya Yesus Tuhan Kita, sesudah kebangkitan-Nya memberikan Gereja kepada Rasul Petrus untuk dibimbing (lih. Yoh 21:17), dan diatas Petrus ini Yesus mendirikan Gereja-Nya sebagai wadah Institusi Kebenaran-Nya (lih. Mat 28:18 dsl). Rasul Paulus menyebutkan secara jelas bahwa Gereja sebagai “tiang penopang dan dasar kebenaran” (lih. 1Tim 3:15). Secara jelasnya lagi Yesus telah menjanjikan bahwa Dia akan menyertai kita sampai akhir jaman, ini terlihat ketika Dia memberikan kuasa kepada Para Rasul " Siapa yang mendengar kamu mendengar aku" (Lukas 10:16). Kata "mendengar" adalah kata literal dari "ketaatan". Kalau Yesus menyertai kita sampai akhir jaman tentu saja Para Rasul yang sebagai otoritas pengajar ajaran Kebenaran harus senantiasa ada sampai akhir jaman, dan itulah mengapa Para Rasul meneruskan Otoritas ini kepada penerus-penerus-Nya, dimana sekarang penerus Para Rasul? kita kenal penerusnya sekarang dalam berupa Uskup dan dipimpin oleh penerus Rasul Petrus, yaitu Paus yang adalah Uskup Roma (lihat apology Suksesi Para Rasul disini).  Kita mengenal Bukti-bukti dalam Kitab Suci secara jelas mengatakan Gereja adalah Kebenaran karena yang mendirikan Gereja bukanlah Institusi dunia yang tentu saja cacat dalam berbagai hal, tetapi Gereja ini didirikan oleh Allah yang adalah Kebenaran itu sendiri sehingga terbebas dari cacat.


Ajaran Gereja tentang Ketaatan Iman

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan apa itu Ketaatan Iman:

KGK 144   Taat [ob-audire] dalam iman berarti menaklukkan diri dengan sukarela kepada Sabda yang didengar, karena kebenarannya sudah dijamin oleh Allah, yang adalah kebenaran itu sendiri. Sebagai contoh ketaatan ini Kitab Suci menempatkan Abraham di depan kita. Perawan Maria melaksanakannya atas cara yang paling sempurna.


KGK 145  Dalam pidato pujian mengenai iman para leluhur, surat Ibrani menonjolkan terutama iman Abraham: "Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui" (Ibr 11:8) Bdk. Kej 12:14.. Karena beriman, maka Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri yang dijanjikan Allah kepadanya Bdk. Kej 23:4.. Karena beriman, maka Sara mengandung seorang putera yang dijanjikan. Karena beriman, maka Abraham


KGK 148  Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah "tidak ada yang mustahil" (Luk 1:37) Bdk. Kej 18:14., maka ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: "Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu" (Luk 1:38). Elisabeth memberi salam kepadanya: "Berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana" (Luk 1:45). Demi iman ini segala bangsa akan menyatakannya bahagia Bdk. Luk 1:48..

Para Orang Kudus adalah panutan akan Ketaatan Iman Sepanjang Masa:

Berbagai Jaman Gereja menghormati setiap Orang Kudus karena Ketaatan Iman mereka, berikut ini adalah berbagai dokumen yang ditulis dan dikatakan oleh Para Kudus:

St.Benediktus dari Nursia:
"Tingkat pertama dari kerendahan hati adalah ketaatan tanpa penundaan.
Ini adalah sebagai sesuatu yang utama
yang dimana mereka tidak memegang apapun yang lebih mahal dan tak ternilai daripada Kristus;
yang, karena pelayanan suci mereka mengikat diri mereka sendiri,
dan takut akan neraka,
dan ingin memiliki kemuliaan hidup yang kekal,
segera setelah sesuatu yang telah diperintahkan oleh Superior mereka,
menerimanya sebagai sebuah perintah Ilahi
dan tidak dapat mengalami keterlambatan dalam melaksanakan.
Dari Allah kita berfirman,
"Segera setelah dia mendengar, dia patuh kepada-Ku" (Mazmur 17 [18]: 45).
Dan lagi untuk kepada Para Pengajar Dia mengatakan,
"Dia yang mendengar kamu, mendengar Aku" (Lukas 10:16)
"- Aturan Benediktin, Bab 5 mengenai Ketaatan
St. Francis de Sales, Uskup dan Doktor Gereja:
"Hanya Kasih saja yang dapat mengarah ke kesempurnaan, tetapi sarana untuk memperoleh itu terletak kepada tiga hal yang penting dan terutama, itu adalah ketaatan, kesucian, dan kemiskinan. Ketaatan adalah penyucian hati, kesucian tubuh, dan kemiskinan dari semua barang duniawi dengan Cinta dan Pelayanan kepada Allah. Ini adalah tiga Dasar penopang dari Salib Rohani yang kita pikul, dan ketiganya ini harus ditopang dengan hal yang ke empat, yang adalah kerendahan hati....Ada dua jenis ketaatan, pertama adalah sesuatu yang perlu, kedua adalah secara sukarela. Yang pertama mencakup ketaatan rendah hati kepada atasan gerejawi Anda, entah itu Paus, Uskup, Imam, dan Kuria atau orang-orang yang ditugaskan oleh mereka." - Kehidupan Rohani, bab 11 mengenai Ketaatan

St.Fransiskus dari Asisi:
Tuhan berkata dalam Injil: barangsiapa "yang tidak dapat meninggalkan segala hal yang dia punya dan mengigininya tidak dapat menjadi" seorang murid" dan "barangsiapa yang menyelamatkan hidupnya, akan kehilangan nyawanya." . Oleh Karena itu manusia meninggalkan semua yang ia miliki dan kehilangan tubuh dan jiwanya sepenuhnya untuk taat kepada Superiornya, dan apa pun yang dia lakukan dan katakan -asalkan ia sendiri tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah baik adanya dan tidak bertentangan dengan dengan superiornya- adalah ketaatan sejati. Dan jika pada waktu kelak orang yang taat pada Superiornya melihat hal-hal yang lebih baik atau lebih berguna untuk jiwanya daripada perintah-perintah Superiornya, biarkan dia mengorbankan kehendaknya itu kepada Allah, biarkan dia berusaha untuk memenuhi pekerjaan yang diperintahkan oleh Superiornya. Ini adalah ketaatan yang benar dan perbuatan yang menyenangkan Allah dan untuk sesama.
" Hukum yang benar untuk menjalankan amanat Injil adalah sebuah ketaatan".

Sta. Catherine of Siena, Doktor Gereja:

"Dia meninggalkan Kunci Ketaatan yang manis ini kepada kalian, karena seperti yang kita tahu bahwa Dia meninggalkan Wakil Kristus, di bumi, yang kamu semua wajib mematuhi-Nya sampai akhir hayat menjemput, dan siapa pun yang berada di luar ketaatan-Nya berada dalam kebinasaan kekal" - (Dialogue, Treatise on Obedience)
"Untuk Taat kepada Allah tidak pernah mencegah kita untuk taat kepada Bapa Suci: bahkan, ketaatan ini semakin sempurna apabila menjadi satu, semakin sempurna apabila kita mentaati keduanya dan taat sampai akhir hayat menjemput. Namun apabila ketidak taatan terhadap masalah ini dapat mencabut dan menjauhkan kita kepada perasaan yang damai dan penuh penghiburan, kita diajarkan untuk taat, dan saya anggap bahwa untuk melakukan hal yang sebaliknya adalah ketidaksempurnaan yang besar, dan kebohongan dari iblis " -(Surat kepada Bruder Antonio of Nizza)

masih banyak lagi tulisan-tulisan Orang Kudus mengenai ketaatan yang dari itulah Gereja menghormati mereka, tetapi tulisan-tulisan ini saja sudah membuktikan bahwa ketaatan Iman adalah kunci dari semuanya, mungkin Ketaatan yang paling kita sering mendengar adalah bagaimana Yesus Tuhan Kita taat sampai mati di kayu Salib untuk dosa kita.


Ketaatan Buta






setelah penulisan panjang mengenai Ketaatan Iman, ada menjadi satu pertanyaan penting: "Apakah kita harus mentaati setiap perintah yang diberikan baik itu salah secara moral?" , ada peribahasa Spanyol yang mengatakan "Sebuah ketaatan menunjukkan kita adalah hamba yang beriman, tetapi tidak dengan ketaatan" , dalam arti kita perlu mentaati segala perintah atasan selama perintah itu tidak berlawanan dengan prinsip kebenaran, sebagai contoh : sebagai murid sekolah kita tidak perlu mentaati perintah guru apabila guru mengajarkan kita mencuri, seorang pegawai tidak perlu mendengar perintah atasan untuk korupsi, kita tidak perlu taat kepada seorang Imam yang mengajarkan apa yang bertentangan dengan ajaran Katolik (mengajarkan Bunda MAria bukan Bunda Allah atau Yesus bukan Allah, misalnya), dll. Tetapi dari semuanya itu ada ketaatan yang tidak kita bisa tidak taat, yaitu perintah yang lebih atas atau otoritas yang lebih tinggi, sebagai contoh dalam kehidupan sebagai warga negara Indonesia kita tidak bisa tidak taat kepada peraturan UU Indonesia karena sebagai warga negara UU Indonesia adalah otoritas tertinggi dalam kehidupan sebagai warga negara Indonesia, dalam Iman, kita tidak bisa tidak mentaati perintah/ajaran Gereja Katolik, ataupun ajaran Roma (Uskup Roma/Paus,red) misalnya, karena otoritas tertinggi dalam Iman Katolik berada pada ajaran Uskup Roma, ada semboyan kuno dalam Gereja : Roma locuta est!  atau "Roma Telah Berkata!", semboyan ini menunjukkan bagaimana otoritas tertinggi dalam ajaran Iman Katolik berada pada Uskup Roma.



Hubungan Ketaatan Iman dan Ketaatan sebagai Warga Negara

ada pertanyaan penting lainnya: "Apabila ada ajaran Katolik bertentangan dengan perintah pemerintah maka mana yang harus kita taat?", Yesus menjawab masalah ini dalam perumpamaan membayar pajak kepada Kaisar (Mat 22:15-22), Yesus mengatakan "bayarkanlah apa yang wajib kita berikan kepada Kaisar dan Kepada Allah apa yang kita wajibkan berikan kepada Allah", dalam masalah membayar pajak, tentu saja itu tidak bertentangan dengan Iman dan Gereja tidak mempermasalahkannya, tetapi bagaimana dengan masalah lainnya? sebagai contoh sekarang pemerintah US lebih tepatnya presiden Barrack Obama merencanakan UU Kesehatan yang mewajibkan setiap orang US untuk membayar pajak Kesehatan untuk membeli pil Aborsi sehingga Ibu-Ibu yang menginginkan Aborsi membayar gratis, ini tentu saja bertentangan dengan Ajaran Katolik, sehingga secara otomatis setiap warga US yang Katolik akan berada dalam kondisi berdosa berat karena mereka untuk menjadi warga US yang baik untuk taat kepada rancangan UU ini apabila lolos menjadi UU legal, atau kasus di Inggris dimana Perdana Menterinya ingin melegalkan pernikahan homoseksual sehingga setiap warga Katolik Inggris harus mengajarkan anak-anaknya bahwa pernikahan Homoseksual itu benar, entah itu di Sekolah yang berbasis Katolik, entah itu dirumah, di Rumah Sakit Katolik, dan bahkan di Gereja, ini tentu saja berlawanan dengan Ajaran Katolik yang mengajarkan bahwa pernikahan yang sah dimata Allah adalah antara pria dan wanita. Contoh-contoh diatas ini tentu saja sangat sulit, dimanakah sebaiknya posisi kita berada? Gereja mengajarkan bahwa kita harus mentaati perintah Gereja, dalam arti kita harus mengedepankan perintah Gereja terlebih dahulu, dalam Kis 5:29 Rasul Petrus menyebutkan : "Kita harus mentaati perintah Allah dibandingkan perintah manusia", disini ajaran Gereja adalah ajaran yang berasal dari Allah tentu saja kita harus mentaati ajaran Gereja terlebih dahulu, karena ketaatan ini sangat berhubungan dengan keselamatan kita kelak, menjadi tidak taat kepada pemerintah tidaklah lebih parah daripada menjadi tidak taat kepada Iman, tetapi dalam hal ini bukan berarti saya sebagai penulis untuk mengatakan bahwa kita tidak boleh menjadi warga negara yang baik, tidak penulis ingin menyampaikan bahwa kita harus menjadi warga Gereja yang sejati tetapi juga menjadi warga negara Indonesia, kita harus lebih peka untuk tidak taat buta dan lebih memilih dimana posisi kita apabila terdapat pertentangan antara Gereja dan pemerintah, tetapi tentu saja kita juga harus peka dalam menyuarakan hak-hak kita sebagai warga negara apabila mungkin kelak ada rancangan UU yang membuat posisi kita sebagai warga Gereja dalam kondisi yang sulit (seperti yang terjadi di US dan Inggris). Sebagai tambahan cerita Uskup-Uskup US telah bersumpah kepada Paus bahwa mereka akan melakukan segala hal untuk rancangan UU ini tidak lolos menjadi legal dan banyak warga US Katolik yang berada diposisi Uskup mereka, begitu juga dengan di Inggris Uskup-Uskup Inggris telah melakukan berbagai manuver dan bekerja sama dengan Uskup Anglikan untuk mengantisipasi UU pelegalan pernikahan Homoseks.





ut habeatis fidem in Ecclessia Catholica


Tidak ada komentar:

Posting Komentar