Rabu, 08 April 2015

Memento Mori: Ingatlah suatu kelak kamu akan mati juga

Das Jüngste Gericht; Hans Memling (15th Century)

“Imagine there’s no heaven / It’s easy if you try / No hell below us / Above us only sky / Imagine all the people / Living for today…
Imagine there’s no countries / It isn’t hard to do / Nothing to kill or die for / And no religion too / Imagine all the people / Living life in peace…”
- John Lennon, Imagine
“Agama adalah sebuah karya untuk menindas kehidupan, asal-mula dari dunia yang tidak mempunyai hati dan keadaan dimana jiwa tidak memiliki rasa iba. Agama merupakan candu dari masyarakat".
- Karl Marx


Ketika Santo Thomas More menulis Utopia, dia mengambil dari kata Yunani οὐ (“bukan”) and τόπος (“tempat”)  yang berarti kurang lebih seperti "bukan berasal dari tempatnya" - sebuah fantasi yang tidak pernah ada secara nyata. Saya mengulang-ulang melihat dari berbagai sudut pandang untuk mengevaluasi karya ini dan memberikan PR kepada mereka yang mungkin lebih tertarik untuk membedah karya ini; dan ternyata sangat sulit untuk dimengerti. Tetapi judul dari karya ini (dimana sang Penulis dihukum mati oleh Sang Raja dimana sang Raja membuat sebuah Utopia/fantasi yang tidak nyata) tidak dikenal oleh masyarakat dari mereka-mereka yang berpikiran dan memiliki visi mimpi (a dreamer) seperti Karl Max dan John Lennon.
“You may think that I’m a dreamer, but I’m not the only one,” disenandungkan oleh John Lennon. Dan Dia benar - dunia dipenuhi oleh pemimpi-pemimpi yang sama dari lagu ini. Tidak sedikitnya diantara mereka juga merupakan orang gila, dimana orang-orang gila ini pada jaman tertentu menularkan ide-ide ini kepada orang-orang gila lainnya dan menelurkan ide-ide yang lebih radikal lagi. Lennon sendiri berkata bahwa didalam lagunya yang terkenal ini: “‘Imagine that there was no more religion, no more country, no more politics,’ adalah sebuah bentuk pemahaman Komunis, dan berkata walaupun dia sendiri tidak berpaham komunis dan tidak berpatisipasi didalam gerakan-gerakan apapun. Dia juga menolak dia bukanlah Marxist dimana suatu ketika dia berkata ”dapat dipastikan saya juga bukanlah seorang Marxist". Tetapi ide utopia ini berujung kepada kematian sang penyair lagu itu sendiri, entah itu sang penyair berusaha mengatakan bahwa ide dari lagu itu berseberangan dengan paham yang dianut oleh penyair itu sendiri. Lennon, semoga dia beristirahat dalam damai, dibunuh oleh Mark David Chapman karena sang pembunuh menuduh dia berpaham komunis dan sesat. Karl Marx sendiri meninggal tanpa upacara kenegaraan dan sedikit yang menangis akan kepergiannya tetapi dia berhasil menginspirasi rezim-rezim yang bertanggung jawab akan lebih dari 100 juta jiwa yang hilang dari seluruh dunia. 

Bukan saja paham Komunisme saja, yang merupakan sisi gelap dari utopianisme. Kita dapat melihat berbagai contoh berbagai gerakan, dari berbagai bentuk paham-paham kampanye masyarakat sosial yang adil sampai kepada paham National Aryan Sosialisme (yang berasal dari spirit gerakan Eugenicsme, seperti Margaret Sanger) dan juga sampai kepada paham-paham yang aneh seperti Transhumanisme, sebagian orang lagi juga menantikan akan kedatangan paham dimana martabat dari akal budi manusia dapat disinergikan ke sebuah mesin dalam tahun-tahun berikutnya( lebih lanjut lihat disini).
Homili minggu paskah ini, saya membaca sebuah teori spesial dalam beberapa minggu ini di berita Washington Post, dimana (klik) sebuah perusahaan Silicon Valley ent. berusaha untuk mengembangkan teknologi terbaru didalam bidang kesehatan yang mengikuti cerita fiksi Tony Stark. Orang-orang Kaya ini menghabiskan uang mereka untuk mencari sebuah celah dalam teknologi untuk "melarikan diri mereka atau menyempurnakan diri mereka". juga berita lainnya:

 Pendiri Perusahan Oracle Larry Ellison menyatakan keinginannya untuk hidup selamanya dengan menyumbangkan uangnya sebesar $430 Milliar untuk penelitian anti-aging. "Kematian tidak pernah menjadi masuk akal bagi saya," katanya dalam penulis biografinya, Mike Wilson. "Bagaimana mungkin seorang yang ada tiba-tiba hilang begitu saja?"

Sebuah masalah umum dari gerakan-gerakan ini yang dapat dibaca oleh pembaca-pembaca orang-orang yang memiliki Iman Kristen : sebuah ketakutan bahwa setelah kematian tidak ada apa-apa sehingga mendorong manusia untuk menciptakan sebuah surga didunia ini. Bagi orang Katolik, yang baru saja memulai siklus baru liturgi, kita baru saja melewati masa Paskah Triduum - secara sederhana mengingatkan kembalikan kita bahwa salah satunya jalan untuk mengalahkan kematian hanyalah mengimani Kayu Salib, yang dimana menanggung sengsara semua dosa kita sampai kepada makam kita kelak, karena kita mencintai-Nya, dan mengikuti seluruh kehendak-Nya, maka seperti Kristus kelak kita akan dibangkitkan dan akan menghabiskan waktu kita dengan Allah secara Beatic Vision (melihat langsung Wajah Allah).

Inilah seharusnya pemikiran kita yang harus kita pegang. Inilah kerja keras yang seharusnya kita lakukan: tidak saja melulu berusaha memperpanjang dan meningkatkan kualitas kehidupan kita, tetapi juga dengan menyiapkan diri kita agar dapat meninggal dengan dalam keadaan rahmat. Tidak ada salahnya ketika kita mencari berbagai obat untuk menyembuhkan penyakit, meningkatkan berbagai kebutuhan manusiawi kita, atau mengurangi penderitaan kita. Karena rasa kemanusiaan, kita tentu saja dapat melakukan kegiatan-kegiatan ini (mencari berbagai obat, mengurangi rasa penderitaan, memperbaiki kualitas hidup manusia). Tetapi apabila kita melakukan karya-karya ini karena ingin menghindari atau  melarikan diri dan menyampingkan sifat spiritual dari belas kasihan, apabila kita mencari kehidupan yang sempurna didalam kehidupan sekarang ini dan mempertanyakan atau bahkan menolak kehidupan setelah kematian, kita telah menciptakan penyembahan berhala.


Maka dari itu berhati-hatilah kepada paham-paham arsitek teknologi kehidupan tanpa kematian. Berhati-hatilah kepada pencaharian terhadap kemewahan dan keenakan. Berhati-hatilah kepada paham-paham politik dan masalah-masalah spiritual, dimana ingin menggantikan paham yang telah ada kepada paham-paham ideologi fantasi. Berhati-hatilah kepada mereka yang hanya berbicara mengenai material saja kepada mereka yang membutuhkan (fakir miskin), tetapi tidak pernah mempedulikan keselamatan jiwa mereka. Yesus datang, menderita, mati dan Bangkit dari alam maut bukan untuk menghapus kemiskinan atau kelaparan, ataupun menciptakan kehidupan tanpa kematian didunia ini, atau menciptakan Kerajaan-Nya didunia ini. Dia datang agar, "Siapapun yang percaya kepada-Nya, tidak akan musnah, tetapi diberikan kehidupan selama-lamanya", (bdk. Yoh 3:16). Nyatanya bahwa teknologi, paham filosofi politik, dan ide-ide kreatif manusia tidak dapat mencapai manusia ke tahap tersebut. Bahkan Adam dan Hawa diusir dari Firdaus yeng kehilangan semua rahmat awal yang diberikan Allah salah satunya keabadian karena tergoda dari dosa membutuhkan penebusan. Apakah kita memiliki nasib yang lebih baik dari mereka? Apakah kita dapat berpikir kita dapat membuat dan mendapatkan kembali semua rahmat kita sebelum kita manusia Jatuh dalam Dosa?

Maka dari itu moto yang seharusnya kita pegang sebagaimana Para Santo-Santa yang Kudus selalu pegang yaitu moto "Memento Mori", "Ingatlah suatu kelak kamu akan mati juga". Di dunia ini semuanya dapat diambil dari kita, kesehatan kita, kekayaan kita, dan semua apa yang menjadi milik kita dapat diambil. Dan kematian- dimana pada akhirnya kita juga akan alami- kita meninggalkan semua hal itu di dunia ini. Satu hal yang kita akan bawa bersama kita- dan dimana hanya satu-satunya yang tidak dapat diambi dari kita- adalah jiwa kita.

Sudah siapkah Anda?

Vita brevis breviter in brevi finietur,
Mors venit velociter quae neminem veretur,
Omnia mors perimit et nulli miseretur.
Ad mortem festinamus peccare desistamus.

Ni conversus fueris et sicut puer factus
Et vitam mutaveris in meliores actus,
Intrare non poteris regnum Dei beatus.
Ad mortem festinamus peccare desistamus.

Kehidupan itu singkat, dan singkat pula dia akan berakhir,
Kematian datang dengan cepat dan tidak pandang bulu siapapun,
Kematian datang menghancurkan segalanya dan tidak menaruh belas kasihan kepada siapapun,
Kepada kematian kita ragu-ragu, marilah kita menjauhkan segala hal dari dosa.

Jika kamu tidak kembali dan layak menjadi seperti anak-anak,
dan mengubah hidup kita menjadi lebih baik,
Kamu tidak akan diberkati untuk masuk didalam Kerajaan Allah.
Kepada kematian kita ragu-ragu, maka marilah kita menjauhkan segala hal dari dosa.
Ad mortem festinamus dari Catalan Llibre Vermell de Montserrat; 1399


 diambil, disadur dan diterjemahkan oleh blogger dari:
  silahkan klik

ut habeatis fidem in Ecclesia Catholica


3 komentar: