Entah karena hanya penasaran, ingin tahu bahkan sampai maksud yang tidak baik seperti ingin menyerang iman lain, banyak saudara-saudari kita non-Katolik khususnya mempertanyakan bisakah Allah mengutus diri-Nya sendiri?
Iman terutama dalam Kristiani dalam hal ini Katolik adalah mengakui bahwa Yesus adalah benar Allah dan benar manusia, dimana Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam PL selama lebih dari 2000 tahun dan lebih dari 20 generasi dinanti-natikan, dan ternyata Mesias yang dijanjikan ini adalah Allah itu sendiri, tetapi bisakah Allah mengutus diri-Nya sendiri?? ini yang menjadi pertanyaan penting dan serius...
St.Thomas Aquinas menjawab pertanyaan ini dalam Summa Theologynya (Ringkasan Teologi) pada Prima Pars(bagian Pertama) Question 43 dengan judul "The mission of the divine persons"("Misi dari Pribadi Allah) articel 1 "Article 1. Whether a divine person can be properly sent?" (Layakkah Pribadi Allah dapat diutus?) (Pertanyaan 43 Artikel 1)"
Artikel 1. Apakah Pribadi Allah dapat dibenarkan diutus?
Keberatan 1. Tampaknya pribadi Allah tidak dapat dibenarkan diutus. Karena Pribadi yang diutus seharusnya kurang dari Pribadi yang mengutus. Tapi Pribadi Allah tidak kurang dari yang lain. Oleh karena satu Pribadi tidak dapat diutus oleh Pribadi lain.
Keberatan 2. Selanjutnya, apa yang diutus dipisahkan dari pengutus; karena St.Jerome mengatakan, dalam mengomentari Yehezkiel 16:53: "Apa yang bergabung dan terikat dalam satu tubuh tidak dapat diutus." Tetapi dalam Pribadi Allah tidak ada yang terpisah, seperti yang dikatakan St.Hilary (De Trin. Vii). Oleh karena itu satu Pribadi tidak dapat diutus oleh Pribadi lain.
Keberatan 3. Selanjutnya, siapa pun yang diutus, berangkat dari satu tempat datang ke tempat lain. Tapi ini tidak berlaku untuk Pribadi Allah, dimana Pribadi Allah ada dimana-mana(Allah ada dimana-mana). Oleh karena itu tidak cocok untuk Pribadi Allah diutus.
Sebaliknya/kebalikannya/kontradiksinya, Dikatakan (Yohanes 8:16): dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.
Aku menjawab bahwa, gagasan misi mencakup dua hal: ciri dari Pribadi yang diutus dari Pengutus, dan yang satu dikirim ke tempat ia dikirim. Siapapun dikirim menyiratkan jenis tertentu prosesi yang dikirim dari pengirim: baik dalam perintah, sebagai contoh Tuan mengirimkan hamba, atau dalam Nasihat, Dewan Negara(Council), sebagai Dewan dapat dikatakan untuk mengirim raja dalam pertempuran padahal memberi nasihat raja untuk pergi bertempur untuk menaikkan moral, atau menurut asal-muasal, sebagai contoh pohon mengirim bunganya/bibitnya. Kecenderungan untuk istilah yang diutus juga ketika yang diutus tersebut menampilkan diri/berada ditempat, sehingga dalam beberapa cara dia mulai hadir di sana: entah karena sama sekali ia tidak hadir sebelumnya (tempat tujuan diutus), atau karena ia mulai berada di sana dalam beberapa cara di mana ia tidak ada/tidak dikenali di sana(ditempat yang diutus) sampai diutus. Dengan demikian misi pribadi Allah adalah sesuatu yang tepat, sebagai salah satu cara dalam prosesi asal(asal-muasal) dari pengirim, dan sebagai makna cara baru yang ada di dunia, dengan demikian Anak dikatakan diutus oleh Bapa ke dalam dunia , karena Ia mulai ada terlihat di dunia dengan mengambil rupa kita, dimana padahal "Dia" sebelumnya telah ada "di dunia" (Yohanes 1:1-15).[lihat penjelasan admin dibawah dimana menyertakan ayat Yohanes 1:1-15 dimana beberapa yang dibold]
Balas ke Keberatan 1. Misi Utusan menyiratkan inferioritas dalam satu diutus, saat itu berarti prosesi dari pengutus sebagai prinsip/dasar, dengan perintah atau nasihat, karena ternyata yang memerintah adalah lebih besar dari yang diperintah, dan nasihat adalah bijaksana. Dalam Allah, bagaimanapun, itu berarti hanya prosesi asal (asal-muasal), yang menurut kesetaraan, seperti yang dijelaskan di atas (artikel 42, 4,6).===>dari admin: prosesi asal menurut kesetaraan Trinitas ada di Summa Theology Question 42 artikel 4 dan 6 yang akan dibahas dilain tempat/waktu..
Balas ke Keberatan 2. Yang diutus (utusan) adalah sebelumnya tidak ada menjadi ada (sebelumnya bukan utusan menjadi utusan), karena hal ini digerakkan oleh sang Pengutus. Ini, bagaimanapun, tidak memiliki tempat dalam misi pribadi Allah, karena yang diutus dalam Pribadi Allah bukanlah sebelumnya tidak ada melainkan sudah ada. Oleh karena itu misi pengutusan seperti ini terjadi tanpa pemisahan, memiliki perbedaan hanyalah asal Pribadi tersebut.
Balas ke Keberatan 3. Keberatan ini bersandar pada gagasan misi sesuai dengan gerakan lokal, yang tidak dalam Tuhan.
tambahan dari admin:
Yohanes 1:1-15:
Yoh 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Yoh 1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Yoh 1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Yoh 1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
Yoh 1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Yoh 1:6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;
Yoh 1:7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.
Yoh 1:8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.
Yoh 1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
Yoh 1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
Yoh 1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Yoh 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
Yoh 1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Yoh 1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Yoh 1:15 Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku."
Komentar dari admin:
1. Pada Keberatan 1 dijelaskan tidak mungkin Allah mengutus Allah karena Utusan adalah selalu yang lebih lemah dari Pengutus, St.Thomas Aquinas menjawab bahwa tidak selamanya utusan adalah lebih lemah dari yang diutus, beliau mengatakan utusan harus ada dasar/prinsipil yang mengutus, dan ada 3 jenis utusan, yaitu dalam bentuk perintah seperti Majikan/Tuan mengutus Pembantu/Budak, nasihat seperti Raja diutus ke medan pertempuran, dan asal-muasal seperti Pohon mengutus bibitnya, dalam Pribadi Allah, Bapa adalah asal-muasal atau Prinsipil dari Firman Allah dan Roh Kudus, ketiganya setara, yang membedakan hanyalah asal-muasal, dalam iman non-Katolikpun seperti Muslim kalau saya tidak salah juga diyakini bahwa ada Kalimat Allah dan Roh Allah dimana adalah Allah itu sendiri atau Kalimat Allah adalah Allah, Roh Allah adalah Allah,dsb..
2. Keberatan 2, dijelaskan Pribadi Allah tidak mungkin mengutus Pribadi Allah karena Utusan itu terpisah dari Sang Pengutus, St.Thomas Aquinas menjawab bahwa dalam Trinitas hal ini tidak terjadi dalam diri pribadi Allah, pengutusan ini sudahlah ada dimana Firman Allah sudahlah ada di dunia (ditempat) sebelumnya sebelum dia diutus(menjadi manusia) seperti yang dijelaskan Yohanes 1:1-15..
3. Keberatan 3, dijelaskan bahwa tidak mungkin Allah mengutus diri-Nya sendiri karena Allah ada dimana-mana, dan dalam Utus mengutus maka yang diutus berangkat dari satu tempat ke tempat lain, sehingga tidak cocok Allah mengutus diri-Nya sendiri, dalam Allah gerakan lokal (ruang dan waktu) tidak terjadi dalam Allah sehingga konsep berangkat dari satu tempat ke tempat lain tidak dapat dipakai, karena Allah tidak berhenti menjadi Allah ketika Dia mengutus diri-Nya sendiri.
bahasa Inggris:
Article 1. Whether a divine person can be properly sent?
Objection 1. It would seem that a divine person cannot be properly sent. For one who is sent is less than the sender. But one divine person is not less than another. Therefore one person is not sent by another.
Objection 2. Further, what is sent is separated from the sender; hence Jerome says, commenting on Ezekiel 16:53: "What is joined and tied in one body cannot be sent." But in the divine persons there is nothing that is separable, as Hilary says (De Trin. vii). Therefore one person is not sent by another.
Objection 3. Further, whoever is sent, departs from one place and comes anew into another. But this does not apply to a divine person, Who is everywhere. Therefore it is not suitable for a divine person to be sent.
On the contrary, It is said (John 8:16): "I am not alone, but I and the Father that sent Me."
I answer that, the notion of mission includes two things: the habitude of the one sent to the sender; and that of the one sent to the end whereto he is sent. Anyone being sent implies a certain kind of procession of the one sent from the sender: either according to command, as the master sends the servant; or according to counsel, as an adviser may be said to send the king to battle; or according to origin, as a tree sends forth its flowers. The habitude to the term to which he is sent is also shown, so that in some way he begins to be present there: either because in no way was he present before in the place whereto he is sent, or because he begins to be there in some way in which he was not there hitherto. Thus the mission of a divine person is a fitting thing, as meaning in one way the procession of origin from the sender, and as meaning a new way of existing in another; thus the Son is said to be sent by the Father into the world, inasmuch as He began to exist visibly in the world by taking our nature; whereas "He was" previously "in the world" (John 1:1).
Reply to Objection 1. Mission implies inferiority in the one sent, when it means procession from the sender as principle, by command or counsel; forasmuch as the one commanding is the greater, and the counsellor is the wiser. In God, however, it means only procession of origin, which is according to equality, as explained above (42, 4,6).
Reply to Objection 2. What is so sent as to begin to exist where previously it did not exist, is locally moved by being sent; hence it is necessarily separated locally from the sender. This, however, has no place in the mission of a divine person; for the divine person sent neither begins to exist where he did not previously exist, nor ceases to exist where He was. Hence such a mission takes place without a separation, having only distinction of origin.
Reply to Objection 3. This objection rests on the idea of mission according to local motion, which is not in God.
ut habeatis fidem in Ecclesia Catholica
Iman terutama dalam Kristiani dalam hal ini Katolik adalah mengakui bahwa Yesus adalah benar Allah dan benar manusia, dimana Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam PL selama lebih dari 2000 tahun dan lebih dari 20 generasi dinanti-natikan, dan ternyata Mesias yang dijanjikan ini adalah Allah itu sendiri, tetapi bisakah Allah mengutus diri-Nya sendiri?? ini yang menjadi pertanyaan penting dan serius...
St.Thomas Aquinas menjawab pertanyaan ini dalam Summa Theologynya (Ringkasan Teologi) pada Prima Pars(bagian Pertama) Question 43 dengan judul "The mission of the divine persons"("Misi dari Pribadi Allah) articel 1 "Article 1. Whether a divine person can be properly sent?" (Layakkah Pribadi Allah dapat diutus?) (Pertanyaan 43 Artikel 1)"
Artikel 1. Apakah Pribadi Allah dapat dibenarkan diutus?
Keberatan 1. Tampaknya pribadi Allah tidak dapat dibenarkan diutus. Karena Pribadi yang diutus seharusnya kurang dari Pribadi yang mengutus. Tapi Pribadi Allah tidak kurang dari yang lain. Oleh karena satu Pribadi tidak dapat diutus oleh Pribadi lain.
Keberatan 2. Selanjutnya, apa yang diutus dipisahkan dari pengutus; karena St.Jerome mengatakan, dalam mengomentari Yehezkiel 16:53: "Apa yang bergabung dan terikat dalam satu tubuh tidak dapat diutus." Tetapi dalam Pribadi Allah tidak ada yang terpisah, seperti yang dikatakan St.Hilary (De Trin. Vii). Oleh karena itu satu Pribadi tidak dapat diutus oleh Pribadi lain.
Keberatan 3. Selanjutnya, siapa pun yang diutus, berangkat dari satu tempat datang ke tempat lain. Tapi ini tidak berlaku untuk Pribadi Allah, dimana Pribadi Allah ada dimana-mana(Allah ada dimana-mana). Oleh karena itu tidak cocok untuk Pribadi Allah diutus.
Sebaliknya/kebalikannya/kontradiksinya, Dikatakan (Yohanes 8:16): dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.
Aku menjawab bahwa, gagasan misi mencakup dua hal: ciri dari Pribadi yang diutus dari Pengutus, dan yang satu dikirim ke tempat ia dikirim. Siapapun dikirim menyiratkan jenis tertentu prosesi yang dikirim dari pengirim: baik dalam perintah, sebagai contoh Tuan mengirimkan hamba, atau dalam Nasihat, Dewan Negara(Council), sebagai Dewan dapat dikatakan untuk mengirim raja dalam pertempuran padahal memberi nasihat raja untuk pergi bertempur untuk menaikkan moral, atau menurut asal-muasal, sebagai contoh pohon mengirim bunganya/bibitnya. Kecenderungan untuk istilah yang diutus juga ketika yang diutus tersebut menampilkan diri/berada ditempat, sehingga dalam beberapa cara dia mulai hadir di sana: entah karena sama sekali ia tidak hadir sebelumnya (tempat tujuan diutus), atau karena ia mulai berada di sana dalam beberapa cara di mana ia tidak ada/tidak dikenali di sana(ditempat yang diutus) sampai diutus. Dengan demikian misi pribadi Allah adalah sesuatu yang tepat, sebagai salah satu cara dalam prosesi asal(asal-muasal) dari pengirim, dan sebagai makna cara baru yang ada di dunia, dengan demikian Anak dikatakan diutus oleh Bapa ke dalam dunia , karena Ia mulai ada terlihat di dunia dengan mengambil rupa kita, dimana padahal "Dia" sebelumnya telah ada "di dunia" (Yohanes 1:1-15).[lihat penjelasan admin dibawah dimana menyertakan ayat Yohanes 1:1-15 dimana beberapa yang dibold]
Balas ke Keberatan 1. Misi Utusan menyiratkan inferioritas dalam satu diutus, saat itu berarti prosesi dari pengutus sebagai prinsip/dasar, dengan perintah atau nasihat, karena ternyata yang memerintah adalah lebih besar dari yang diperintah, dan nasihat adalah bijaksana. Dalam Allah, bagaimanapun, itu berarti hanya prosesi asal (asal-muasal), yang menurut kesetaraan, seperti yang dijelaskan di atas (artikel 42, 4,6).===>dari admin: prosesi asal menurut kesetaraan Trinitas ada di Summa Theology Question 42 artikel 4 dan 6 yang akan dibahas dilain tempat/waktu..
Balas ke Keberatan 2. Yang diutus (utusan) adalah sebelumnya tidak ada menjadi ada (sebelumnya bukan utusan menjadi utusan), karena hal ini digerakkan oleh sang Pengutus. Ini, bagaimanapun, tidak memiliki tempat dalam misi pribadi Allah, karena yang diutus dalam Pribadi Allah bukanlah sebelumnya tidak ada melainkan sudah ada. Oleh karena itu misi pengutusan seperti ini terjadi tanpa pemisahan, memiliki perbedaan hanyalah asal Pribadi tersebut.
Balas ke Keberatan 3. Keberatan ini bersandar pada gagasan misi sesuai dengan gerakan lokal, yang tidak dalam Tuhan.
tambahan dari admin:
Yohanes 1:1-15:
Yoh 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Yoh 1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Yoh 1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Yoh 1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
Yoh 1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Yoh 1:6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;
Yoh 1:7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.
Yoh 1:8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.
Yoh 1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
Yoh 1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
Yoh 1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Yoh 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
Yoh 1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Yoh 1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Yoh 1:15 Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku."
Komentar dari admin:
1. Pada Keberatan 1 dijelaskan tidak mungkin Allah mengutus Allah karena Utusan adalah selalu yang lebih lemah dari Pengutus, St.Thomas Aquinas menjawab bahwa tidak selamanya utusan adalah lebih lemah dari yang diutus, beliau mengatakan utusan harus ada dasar/prinsipil yang mengutus, dan ada 3 jenis utusan, yaitu dalam bentuk perintah seperti Majikan/Tuan mengutus Pembantu/Budak, nasihat seperti Raja diutus ke medan pertempuran, dan asal-muasal seperti Pohon mengutus bibitnya, dalam Pribadi Allah, Bapa adalah asal-muasal atau Prinsipil dari Firman Allah dan Roh Kudus, ketiganya setara, yang membedakan hanyalah asal-muasal, dalam iman non-Katolikpun seperti Muslim kalau saya tidak salah juga diyakini bahwa ada Kalimat Allah dan Roh Allah dimana adalah Allah itu sendiri atau Kalimat Allah adalah Allah, Roh Allah adalah Allah,dsb..
2. Keberatan 2, dijelaskan Pribadi Allah tidak mungkin mengutus Pribadi Allah karena Utusan itu terpisah dari Sang Pengutus, St.Thomas Aquinas menjawab bahwa dalam Trinitas hal ini tidak terjadi dalam diri pribadi Allah, pengutusan ini sudahlah ada dimana Firman Allah sudahlah ada di dunia (ditempat) sebelumnya sebelum dia diutus(menjadi manusia) seperti yang dijelaskan Yohanes 1:1-15..
3. Keberatan 3, dijelaskan bahwa tidak mungkin Allah mengutus diri-Nya sendiri karena Allah ada dimana-mana, dan dalam Utus mengutus maka yang diutus berangkat dari satu tempat ke tempat lain, sehingga tidak cocok Allah mengutus diri-Nya sendiri, dalam Allah gerakan lokal (ruang dan waktu) tidak terjadi dalam Allah sehingga konsep berangkat dari satu tempat ke tempat lain tidak dapat dipakai, karena Allah tidak berhenti menjadi Allah ketika Dia mengutus diri-Nya sendiri.
bahasa Inggris:
Article 1. Whether a divine person can be properly sent?
Objection 1. It would seem that a divine person cannot be properly sent. For one who is sent is less than the sender. But one divine person is not less than another. Therefore one person is not sent by another.
Objection 2. Further, what is sent is separated from the sender; hence Jerome says, commenting on Ezekiel 16:53: "What is joined and tied in one body cannot be sent." But in the divine persons there is nothing that is separable, as Hilary says (De Trin. vii). Therefore one person is not sent by another.
Objection 3. Further, whoever is sent, departs from one place and comes anew into another. But this does not apply to a divine person, Who is everywhere. Therefore it is not suitable for a divine person to be sent.
On the contrary, It is said (John 8:16): "I am not alone, but I and the Father that sent Me."
I answer that, the notion of mission includes two things: the habitude of the one sent to the sender; and that of the one sent to the end whereto he is sent. Anyone being sent implies a certain kind of procession of the one sent from the sender: either according to command, as the master sends the servant; or according to counsel, as an adviser may be said to send the king to battle; or according to origin, as a tree sends forth its flowers. The habitude to the term to which he is sent is also shown, so that in some way he begins to be present there: either because in no way was he present before in the place whereto he is sent, or because he begins to be there in some way in which he was not there hitherto. Thus the mission of a divine person is a fitting thing, as meaning in one way the procession of origin from the sender, and as meaning a new way of existing in another; thus the Son is said to be sent by the Father into the world, inasmuch as He began to exist visibly in the world by taking our nature; whereas "He was" previously "in the world" (John 1:1).
Reply to Objection 1. Mission implies inferiority in the one sent, when it means procession from the sender as principle, by command or counsel; forasmuch as the one commanding is the greater, and the counsellor is the wiser. In God, however, it means only procession of origin, which is according to equality, as explained above (42, 4,6).
Reply to Objection 2. What is so sent as to begin to exist where previously it did not exist, is locally moved by being sent; hence it is necessarily separated locally from the sender. This, however, has no place in the mission of a divine person; for the divine person sent neither begins to exist where he did not previously exist, nor ceases to exist where He was. Hence such a mission takes place without a separation, having only distinction of origin.
Reply to Objection 3. This objection rests on the idea of mission according to local motion, which is not in God.
ut habeatis fidem in Ecclesia Catholica
Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31, sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :
BalasHapusUlangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "
[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha ]
Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "
[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha " ]
Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.
Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema
" . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱